Assalamualaikum
YASH
!!! akhir tahun 2017 kemarin, ditutup dengan naik gunung berdua bersama suami.
Setelah sebelumnya kami berdua melipir ke kawah ijen di bulan Mei 2017, tanggal
31 Desember 2017 kemarin, kami naik ke gunung api purba Nglanggeran. Kenapa
memilih kesana? Ga ada alasan apa apa sih, awalnya kami mau ke Kalibiru, tapi
kita baru siap jam setengah 2 siang, setelah lihat rute di google maps, ah
ternyata jauh dan lumayan padat, trus suami bilang “kita ke nglanggeran aja
yuk”. Seperti biasa, saya makmum setia, iya iya aja yang penting makan siang
dulu, hihi.
Selo
banget ya kami berdua? Alhamdulillah, kebetulan akhir tahun kemarin anak anak
liburan di Malang, plis jangan ditanya, “kok tega anak anak ditinggal jalan
jalan sendirian”, hehe, karena itu pilihan, dan tiap orang punya hak untuk
memilih pilihannya sendiri #lagimalesjawab #siapajugayangmaunanya. Kemudian,
rencananya sih kami mau jemput ke Malang, tapi ternyata omaopa pengen anter
anak anak ke Jogja, sekalian kami semua ngumpul di Jogjakarta. Malam tahun
baruan? Enggak kok, cuman mau memanfaatkan tanggal merah, dan saat malam tahun
baru, kami malah bobo manis di rumah sekeluarga.
Jalan
menuju gunung api purba Nglanggeran mulus banget, ga ada jalan berlubang maupun
ga rata. Pas banget buat yang naik mobil atau bawa kendaraan roda dua. Dan yang
terpenting, lokasi gunung ini ga sampe ke Wonosari, dari bukit bintang tinggal
lurus sedikit trus belok kiri, jadi cocok banget buat yang males menghadapi
macetnya rute Jogja Wonosari ketika long weekend #macamsaya. Sampai di lokasi,
rupanya ga terlalu ramai sih, parkiran mobil juga termasuk kecil, parkiran
motor juga ga besar, tapi manajemen wisatanya sudah rapi menurut saya. Untuk
yang ingin bersama guide juga ada tarifnya sendiri, kurang lebih Rp 70.000,
sedangkan untuk tarif tiket wisatawan lokal Rp 15.000.
Jalan
menuju puncak gunung Nglanggeran memang tidak terlalu curam, kebanyakan
jalannya masih datar, terutama dari pintu masuk sampai pos 1. Pemandangan alamnya
JOSS, ditambah dengan spot foto yang disediakan oleh pihak manajemen. Mereka tahu
banget deh, salah satu tujuan wisatawan kesini ya foto foto. Spot fotonya
lengkap, tertata, dan menarik, hiasan fosil dinosaurus di sepanjang jalan di
tata dengan rapi. Ada telur dino, fosil dino, patung dino, sangkar burung,
tangga untuk menaiki tebing, semuanya masih dalam keadaan bagus dan yang
terpenting bersih. Eits jangan salah ya.. dinosaurus yang ada di spot foto itu
bukan fosil dinosaurus asli ^^. Finish pos 1 ditandai dengan sampainya kita di
Gunung Bagong. Sayang seribu sayaaang, suami hanya bawa lensa fix, ditambah
awan sudah mulai mendung, jadi foto fotonya ga maksimal #pentingdong tapi
alhamdulillahnya tidak turun hujan.
Awalnya
saya sudah minta balik aja ke Embung Nglanggeran, tapi suami menawarkan lanjut
ke pos 2 alias jalan sampai puncak. Nah disinilah kadang saya heran, kok mau
maunya nge iyain suami buat naik hingga puncak. Kadang saya kalau naik gunung,
sebel nanjaknya ga sampai sampai, nafas sampe terengah engah, kaki pegel, tapi
ya tetep jalan aja, haha. Trus kalau sudah sampai puncak, duuh senengnya bukan
main, menghirup udara segar alami, melihat pemandangan dari sisi yang berbeda,
dan bersyukur alhamdulillah bisa sampai puncak, trus dalam hati ngomong “Pengen
kesini lagi ah”. Dan ujung ujungnya kalau sudah jalan turun bilang “Aku ga mau
diajak kesini lagi. CAPEK !” hahaha. Dulu pas kami naik ke kawah ijen pun saya
gitu jugaaa, tapi nanti kalau diajak suami lagi mesti ikut lagi.
Disana
saya heran, ini dipelet suami apaan sih, manut banget sama suami. Hahahaa...
PEACE !!!
Rute
perjalanan dari pos 1 ke pos 2 mulai menantang, jalannya mulai menanjak, sudah
ga ada spot spot foto yang disediakan oleh pihak manajemen, jalannya juga mulai
berbatu, apalagi kemarin sempat hujan, jadi jalan masih becek. Efek dari jarang
olahraga mulai terasa, saya sudah terengah engah, tapi suami tetap maju ke
depan, sambil senyum senyum. Pas ditanyain, kenapa senyum senyum??? Dijawab “Kan
senyuman ayah itu penyemangatnya bunda”
HAYAAAAHHH...
pengen nglempar topi !!!! hahaha
Sebenarnya,
rute pendakian gunung Nglanggeran ini tidak terlalu panjang, karena memang
gunung ini ga terlalu tinggi alias ketinggian
sekitar 700 mdpl, tapi tetap saja untuk saya, semua pendakian gunung itu
menantang. Sebelnya, naik gunung kemarin pake sandal, recehan sih alasannya,
sebel sama suami, hihi, dianya nyuruh istrinya pakai sepatu biar bagus, eh
malah dianya sendiri pakai sandal jepit dan ga pakai sepatu. LOL. Kami berdua
mulai start pendakian sekitar jam 2 siang, dan sudah di puncak sekitar jam
setengah 5 sore. Lama berhenti di pos 1, sekitar 15-20 menit, karena
pemandangannya oke banget, dan masih galau (saya) mau lanjut ke pos 2 atau
tidak. Di puncak, kami juga hanya 15-20 menit, karena harus segera turun
mengejar solat ashar. Selain itu karena sudah terlanjur beli tiket nonton untuk
film jam 7 malam. Kami juga harus masih menerjang macet long weekend di
sepanjang piyungan-jogja (yang alhamdulillah masih macet wajar bukan yang
sampai berhenti).
Oiya,
buat yang rencana tracking bawa anak bayi, lebih baik dipikirkan dulu aja,
karena kemarin ada beberapa track yang bener bener sempit, naik tangga, dan
hanya bisa dilewati 1 orang. Bersyukur sekali kemarin kami hanya berdua, coba
bawa dek Kani, pasti kasihan, karena itu bukan tempatnya dia untuk liburan. Yang
pasti, untuk yang berencana mendaki gunung api Nglanggeran, pasti bisa kok,
karena memang gunung ini ga tinggi, secara lokasi mudah dijangkau, dan
fasilitasnya sudah lumayan lengkap.
Jadi,
ada rencana naik ke gunung api ini?
Selamat
jalan jalan ^^
Mau dong kapan-kapan ke gunung api purba. Suami saya demen banget tuh naik gunung.
ReplyDeleteKalo gunungnya termasuk ngga tinggi dan mbak juga nggak bawa carrier harusnya ga begitu capek lah ya hihihi... Lebih capek kan kalau sambil bawa barang bawaan berat, toh?
kwkwk..iya mbaaa betul :)
Deletesuka banget ih itu sama foto yang batu2 gedenya, keren.
ReplyDeleteiya mbaa,, berasa dimana gitu yaa..
DeletePengen juga sesekali saya jalan berdua gini ma suami :D
ReplyDeletekalo mak Kenai mah udah sering jalan sama suami kayaknyaa hehe
Deletemba, ada lift aja nggak, bisa langusng sampai puncak? hehhehe
ReplyDeletegendong pak suamii dil, hehe
Delete