Assalamualaikum
Bulan Maret 2020
kemarin, kami sekeluarga pergi berwisata ke salah satu pantai di Gunung Kidul. Awalnya
karena kita sudah lamaa sekali tidak main air, dan masya Allah ternyata
beberapa minggu setelah itu, beberapa akses ke pantai ditutup karena COVID19.
Saya dan suami
baru memutuskan akan berangkat ke pantai Woh Kudu saat dalam perjalanan, hehe,
bener kaan kalau mendadak tuh sering bisanya. Kenapa Woh Kudu? Yaa biasa lah,
dunia social media, bisa menarik pengunjung juga untuk ke pantai. Siapa tau
yang baca tulisan ini juga akan langsung memutuskan ke pantai Woh Kudu.
Akses ke pantai
Woh Kudu sudah cukup bagus, kami berangkat dari Jogja Bagian Pleret ke arah
Wonosari, sepanjang jalan sudah beraspal, tapi saat mulai masuk area pantai
jalan hanya muat untuk 1 mobil, jadi kalau berpapasan mungkin agak sulit. Alhamdulillah
kami kemarin jarang sekali berpapasan dengan mobil, jadi aman, dan berarti pantai
Woh Kudu SEPI ! YES !!!
Di jalan saya
langsung browsing tentang pantai Woh Kudu, eh eh tunggu, kok pada
merekomendasikan pakai sandal gunung (lebih baik), lhaa itu si mbak malah pakai
sandal jepit jinjit (haha, kan dikirain jalannya kayak ke parangtritis gitu,
biasaa cewek, kalau pakai jepitan jinjit kan bajunya ga terlalu kena air). Sepanjang
jalan saya diam aja sih ga bahas tentang pantainya. Trus tiba tiba suami
celetuk “Bun, pantai Woh Kudu itu kayak apa sih? Soalnya ayah cuman liat
fotonya aja”
Haah, seriusan
ini yang ngajakin malah gatau pantainya kayak gimana? Haha
Langsung saya
jelaskan, ini tuh disuruh pakai sandal jepit kalau bisa sandal gunung, trus
hati hati soalnya jalanannya curam. Langsung deh suami bingung, kalau pantainya
kayak Ngrandakan mah ga enak buat main air ya, kan kita ke pantai tujuannya
biar anak anak bisa main air, keceh, dsb. Yaudah baju ganti kami tinggal semua
di mobil, asumsinya nanti cuman liat kondisi pantai, kalau ga bisa buat main
kita pulang pindah pantai.
Masya Allah,
memang sih jalan menuju pantai nya curam, berbatu tajam, dan licin (karena
musim hujan), tapi view pantainya masya Allah BAGUS BANGEET, apalagi sepi juga,
anak anak langsung memutuskan main air disana. Pantai Woh Kudu tidak terlalu
luas, karena diapit 2 tebing, dan karena aksesnya yang cukup susah, pantai ini
masih bersih, sepi, dan asik untuk camping. Info dari ibu ibu yang jual makanan
(hanya ada 2 warung saja, tapi tenang... INDOMIE juga dijual disana, jadi perut
aman, haha) pantai Woh Kudu biasanya ramai saat tahun baru. Malah sempat
aksesnya ditutup karena saking ramainya yang camping, bahkan jalan aspal menuju
pantai Woh Kudu macetnya panjang banget, ga kebayang deh, padahal gabisa buat
papasan, tapi macetnya panjang, mau muter mobil dimana, hehe.
Kami datang
sekitar jam 8 dan pulang jam 12. Memang selama itu gaes, hehe, karena
pengunjungnya tidak banyak, jadi puas banget main disini. Saya aja cuman duduk
santai , happynya masya Allah. Dan kami pulang pun karena awan sudah mendung
sekali, plus baju ganti masih di atas, karena semua ditinggal di mobil. Baruu mau
naik ke atas, eh hujan, hehe, jadilah kami hujan hujanan naik ke atas diiringi
lagu dek Kani tik tik tik bunyi hujan.
Alhamdulillah kakak Akta sudah mandiri, bisa jalan sendiri ke atas, tapi tetap
perlu mata awas sebab jalanan licin dan berbatu tajam. Ayah di depan, gendong
dek Kani, lanjut kakak Akta di belakang, mbak Mar, dan saya paling belakang.
Alhamdulillah walau hampir terpeleset kami semua sampai di atas dengan selamat,
dan syiook ternyata yang parkir banyak tapi gabisa turun karena hujan. Alhamdulillaah
cita cita bawa anak ke pantai bisa keturutan.
Allah yang kasih
kemudahan ^^
HTM Masuk Pantai Woh Kudu : Rp 5.000/orang (kalau tidak salah)
Untuk harga makanan semua normal kok, 1 mangkok mie tidak sampai Rp 10.000,-
Salam,
Rachma
Rachma