Menggambar
adalah salah satu hal yang disukai oleh anak kecil. Terutama sejak mereka bisa
memegang alat tulis (atau diijinkan memegang alat tulis, LOL). Seperti Akta
dulu, sebelum berumur 2 tahun, tembok di rumah (kontrakan) saya kasih tempelan
kertas karton, haha, memanjang di bagian ruang TV. Tujuannya biar Akta kalo
coret coret dinding, ga kena dinding aslinya. Atau saya belikan buku gambar A3
yang besar dan cat air untuk dia bereksplorasi. Tapi makin besar, cara ini ga
bisa dipakai lagi. Sejak umur 2 tahun, Alhamdulillah kami pindah ke rumah
sendiri, kamar Akta yang awalnya saya tempeli kertas karton sudah penuh, dan
dia mulai pindah ke dinding kamar (kertasnya di robek). Saat saya Tanya, “kenapa
kok gambar di dinding? Gambar kan di kertas”, jawabnya simple “kertas mana lagi
bunda???”. LOL, karena memang sudah penuh, dan saya (mencoba) ikut menggambar
di dinding, eehh ternyata sensasinya beda loh, MENYENANGKAN. Maka dari itu,
mulai sekarang saya biarkan dia mencoret di dinding, walaupun kadang saya marah
marah sebel sama Akta. Ibu mana sih yang ga ingin punya rumah kayak di majalah
majalah, yang rapi dan indah dindingnya. Hehehe.
Beruntung
saya mengenal sosok mak Liya Swandari, dari dunia maya. Iyaah, meskipun kami
satu komunitas, mungkin kami belum pernah bertatap muka secara langsung, tapi
saya senang bisa berkesempatan mengenal mak Liya. Mak Liya Swandari adalah
salah seorang pejuang LDR seperti saya (mulai OOT, hehe), penduduk Jogja yang
memiliki sanggar menggambar, yang bernama Sanggar Hammam. Sanggar hammam adalah sanggar untuk anak anak
yang (mau) dan tertarik untuk belajar menggambar. Bisa diikuti oleh anak mulai
usia 3 tahun, naah seumuran Akta ini. Semoga kalau ada waktu bisa coba ikutin
Akta ke kegiatan di sanggar hammam.