September 17, 2016

Mengenal Montessori Lebih Dekat



Awal bulan Agustus, di salah satu grup whatsapp, ada penawaran seminar aka sharing tentang Montessori, dan yang berbagi ilmu tidak lain tidak bukan mba Vidya yang heits di instagram (soalnya saya tahunya dari Ig, Ig beliau @vidyadparamita) dan salah satu pengelola dari Harmony Montessori School Jakarta. Saya bersemangat, langsung daftar dan bayar uang pendaftaran, meskipun belum tau bisa datang atau tidak, hehe. Soalnya Kani juga baru lahir, dan saya ga kebayang bawa 2 anak ke acara sharing (belum mampu handle sendiri). Alhamdulillahnya, ketakutan saya tentang tidak bisa hadir tidak terbukti, hihi. Beberapa malam sebelumnya, saya sudah cerita ke Akta, kalau saya mau seminar, seminar itu belajar, dan bunda hanya bawa dek Kani. Awalnya dia menolak tidak mau ditinggal, mungkin karena selama hampir 4 tahun, Akta selalu saya ajak ke setiap acara yang saya ikuti. Dan ini adalah kali pertamanya Akta saya tinggal di rumah, hehe, semangat kakak !!!


Langsung aja sharing tentang materi mba Vidya yah. Kesan pertama ketemu langsung sama mba Vidya, orangnya ramah sekali ^^ Alhamdulillah yaaa ada pendidik yang ramah seperti ini :) sebelum acara sharing dimulai, beliau berkeliling ruangan untuk kenalan satu satu dengan para peserta, termasuk dengan saya, basa basi sih tapi hangat dan menyenangkan. Materi mba Vidya ga sepenuhnya saya catat, karena tangan kiri saya menggendong Kani, dan tangan kanan untuk menulis, kalo tangan kiri pegel aka capek, jadi gendong Kani nya ganti pake tangan kanan, dan kadang saya harus berdiri menjauh dari meja karena Kani minta diayun dan ganti pempers ^^. Rempong yaang menyenangkan



Montessori, apa itu Montessori? Montessori adalah nama seorang wanita dari Italy, Eropa. Beliau adalah seorang wanita pertama yang bergelar doctor di Italy. Sebelum mengambil pendidikan dokter, beliau sudah lebih dulu belajar tentang tekhnik dan tekhnik mesin. Dan setelah mengambil pendidikan dokter, beliau juga masih mengambil ilmu psikologi, dsb. Hebat yah… menurut saya yang mengambil peran menghebatkan ibu Montesori ini adalah sang ayah, orangtuanya. Orangtuanya mendukung ibu Montessori untuk belajar apapun, padahal di masa itu cita cita kebanyakan perempuan adalah seorang guru, tapi Montessori beda, dia memilih untuk belajar tekhnik dan dunia kedokteran. Lalu bagaimana perkenalannya dengan dunia anak dan pendidikan? Katanya, saat dia sedang capek karena baru otopsi mayat di rumah sakit, dia duduk di sebuah taman, dan seolah melihat ada seorang anak yang tidur dipangkuan ibunya sambil memainkan sapu tangan berwarna merah. Dari sana, ibu Montessori mulai tertarik dengan dunia anak, kenapa anak itu bisa fokus sekali dan tertarik untuk memainkan sapu tangan itu. Dan seolah semestakung (semesta mendukung), ibu Montessori ditugaskan di sebuah rumah sakit yang rata rata anaknya autism (dan di masa itu dibilang gila, -mohon maaf ya-) dan beliau semakin mendalami tentang dunia ini. 

Menurut konsep Montessori, usia anak ada yang namanya masa kepekaan (anak lebih banyak ingin tahu dan lebih peka), masa ini dimulai dari 0-6 tahun. Kepekaan anak ada beberapa jenis (sesuai catatan saya yaa, catatan seadanya) :
1. Kepekaan terhadap keteraturan
Anak anak cenderung memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang teratur, oleh karena itu sebaiknya sedari kecil dikenalkan dengan rutinitas. Dengan adanya rutinitas sehari hari, anak akan bisa memperkiran akan yang terjadi selanjutnya, sehingga bisa mengurangi perasaan tantrum. Selain itu, keteraturan disini maksudnya juga jangan terlalu sering mengadakan perubahan, misalnya anggota keluarga, sekolah, maupun lokasi rumah. Karena apabila terlalu banyak perubahan, anak akan merasa insecure.
2. Kepekaan terhadap lingkungan
3. Kepekaan terhadap benda kecil
4. kepekaan terhadap pergerakan
Anak anak suka dengan segala hal yang bergerak. Bahkan mereka juga cenderung tidak bisa diam, ingin gerak kesana kemari ^^
5. kepekaan terhadap bahasa.
Nah, kalau kepekaan terhada bahasa maksudnya, anak bisa cepat belajar bahasa, tapi tidak semua anak bisa disamakan. Misalnya, untuk anak A dia bisa 2 bahasa dan belajar dengan cepat, tapi untuk anak B dia kalau diajarkan bersamaan 2 bahasa, malah semakin bingung. Untuk bahasa ini juga, mba Vidya juga memberi saran, kalau mengajak anak bicara gunakan bahasa yang jelas, bukannya “Ini balon warna red ya” tetapi, “Ini balon warna merah”. 

Perbedaan cara belajar anak VS orang dewasa
1. Penggunaan Indra
Anak      : ketika belajar menggunakan semua indra. Misalnya, anak bermain pasir, dia menggunakan tangan (kulit, indra perasa), kadang di cium (di bau menggunakan hidung, indra penciuman), dsb.
Dewasa : ketika belajar, bisa menggunakan semua indra. Misalnya, saat kita mendengarkan ceramah, kita bisa mendengarkan lewat headset saja (menggunakan indra pendengar)
2. Proses VS Hasil
Kalau anak, mereka lebih memperhatikan proses, sedangkan orang dewasa maunya cepat selesai dan yang terpenting hasilnya.
Misalnya, saat mencuci piring, orang dewasaa akan fokus mencuci agar cepat bersih dan selesai. Kalau anak, mereka akan main air dulu, meremas spons nya, bermain sabun, dsb. *mirip Akta banget, hehe*

***

Jadi, kalau dilihat memang Montessori ini membebaskan segalanya untuk anak, intinya follow the child, tetapi apakah benar boleh? Mba Vidya mengingatkan, yang terpenting adalah AMAN. Selama AMAN, maka boleh boleh saja dilakukan oleh anak, selain itu harus MEMPERHATIKAN NORMA KEBAIKAN dan SOPAN SANTUN. Jadi segala aktivitas anak yang sudah melewati norma tersebut, seperti berbicara tidak sopan, berteriak, marah marah, berkata jelek, merugikan orang lain, maka harus di STOP. 

Konsep dasar Montessori :
1. Guru sebagai fasilitator
2. Prepared Enviroment (persiapkan lingkungan yang aman, bersih, dan mendukung anak untuk mengexplorasi kemampuannya).
3. Ada aturan yang jelas.
4. Follow the child
5. Material yang digunakan adalah material sehari hari dan nyata. Nyata disini maksudnya seperti piring kaca, gelas kaca (yang rata rata dipakai di kehidupan sehari hari), agar anak tahu bahwa benda-benda tersebut tidak berbahaya apabila dipakai dengan benar. Selain itu, bisa menambah kepercayaan diri mereka, bahwa mereka mampu menggunakan barang barang seperti orang dewasa.
6. Meaningful Activity. Aktivitas yang dilakukan bermakna, seperti mempelajari siklus kehidupan kupu-kupu, belajar mengenai daratan dan lautan, dsb. 

Dalam aktivitas Montessori, saya sering melihat rata rata para anak menggunakan alas sebagai dasar saat bermain, saya sih ikut ikutan saja kalo main kasih alas gitu, hihi, tapi ternyata ini ada filosofinya. Filosofi pemakaian alas antara lain, untuk memperkenalkan konsep area atau teritori mereka. Oiya, kami para peserta juga ditunjukan sebuah video kegiatan di Harmoni Montessori School, saat di kelas, mereka semua bermain dan belajar menggunakan alas. Ternyata, penggunaan alas sebagai “area” tiap anak, bisa menumbuhkan rasa sopan santun, mereka akan minta ijin dan tidak merebut mainan yang ada di area milik temannya, hebat yaa ^^ saya semakin suka dengan Montessori begitu melihat video ini. 

Sebenarnya masih banyak sekali ilmunya, tapi masih di pikiran. Kalau mau ditulis takut salah karena ga ada contekan di kertas saya ^^ takut asbun (asal bunyi), hehe. Tetapi ada satu hal lagi yang melekat di pikiran saya, mba Vidya bilang jangan takut pakai kata belajar untuk anak anak. Beliau bilang, “siapa disini atau siapa yang pernah lihat orang tua bilang gini : sshh… (red : baca dengan suara berbisik) jangan bilang kalo dia mau belajar di sekolah, bilang aja mau main di sekolah. Nanti kalo dibilangnya belajar, nanti dia ga mau”. Mendengar itu saya nyengir :P :P iyaappp saya dan suami adalah salah satu dari sekian banyak orang yang berkata begitu. Kata mba Vidya, kalau kita seperti itu, malah bikin kesan belajar adalah hal yang menyebalkan, kenapa kita seperti itu? Mungkin masa lalu di sekolah kita memang begitu, jadi termindset di pikiran kita, belajar adalah hal yang tidak menyenangkan. Padahal, seharusnya kita memperkenalkan kepada anak bahwa belajar itu menyenangkan, dan bikin nagih, makanya PEER banget buat kita para orang tua, untuk mengenalkan kepada anak, bagaimana belajar itu menyenangkan ^^.  
 
Foto dengan mba Vidya (jilbab ungu)
Semangat ayah dan bunda !!

12 comments:

  1. Tfs mba,, bermanfaat banget. Saya juga pake konsep montessori di rumah ^_^ jadi nambah pengetahuan lg nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah mba :) semoga bermanfaat yaa. Sharing kegiatannya juga ya mba ^^

      Delete
  2. aaaah... senangnya baca ini... semangat mendidik anak ya mbak... aq juga menerapkan konsep montessori di rumah... baru tau kalo konsep alas itu ada filosofinya... kalo aq sih pake alas supaya mas #Asaboy tau area mana yang boleh dia berantakin, mana yang nggak... apalagi kalau lagi main tepung. hihi. thanks for sharing ya mbak.. mau banget nih infonya kl ada training seperti ini. 😘

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin, semangat juga mbaa !!!
      iyaa ternyata ada fisolofinya :D hehe, hal detil begitu ternyata ada maksudnya ^^

      Delete
  3. aku termasuk yg pgn bgt nyekolahin anak di montessori, kebetulan deket rumah ada.. tp mehong ya mak biayanya :D.. jdnya paling cuma nyontek bbrp ide cara pembelajarannya... diajarin sendiri di rumah :D..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi, mahal memang mak :D
      tapi kemarin mba Vidya bilang juga, kalau ada beberapa type sekola,
      1. sekolah yang memang menggunakan metode montesori (alat alatnya support)
      2. sekolah yang labelnya montesori tapi saat prosesnya tidak menggunakan metode montesori
      3. sekolah yang tidak berlabel montesori tapi prosesnya menggunakan montesori (biasanya krn sekolah belum mampu beli alat alatnya)
      4. sekolah yang tidak berlabel montesori dan tidak menggunakan metode montesori

      jadi, memang sebagai orang tua harus tau montesori itu apa, biar ga ngikut tren aja.

      Semoga membantu ya mak, tapi nyontek ide pembelajarannya saya juga gituu,, wkwkwwk

      Delete
  4. Baru tahu dan baru dengar ttg montesori..makasih mak sharingnya..
    Dan memakai alas dan sling ijin.waah..pelajaran etika yg hebat untuk anak2 ..thanks alot

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama sama mak ^^
      iyaa pelajaran etika dari kecil :)

      Delete
  5. Selama ini ga tau montesori apaan, oh ternyata ini ya, saya dirumah jg pake konsep ini, anak dibiarkan bebas sebebas2nya dlm berekspresi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebebas bebas nya dalam berekspresi, asal aturannya jelas, dan bermainnya memiliki tujuan :)

      Delete
  6. Thanks pencerahannya. Karenanya namanya itu tak pikir dulu sekolah non-Islam lo. Ternyata bukan, ya.

    ReplyDelete

Biar aku bisa jalan jalan ke blogmu, silahkan tinggalkan komen di postingan ini yah